Rajahan pada tanahmu
seperti aliran sungai di pedalaman kampung dayak.
Tanahmu subur gempal
Bulu-bulu di sekitar mulut hingga dengkulmu
tumbuh lebat tanpa pestisida
Malam ini, sapuan selendang dayang sumbi
membuatmu menggigil
Selimut-selimut bertebaran, tawarkan kehangatan
Akarmu cekikikan teringat pesan moyangmu:
Petarung hanya punya satu selimut tebal!
Nyalakan api! Terbakarlah bersama, dalam Tungkumu.
Satu krat botol hijau keluar dari lemari pendingin
Hutan berambut gimbal menenggak bir bintangNya
Tubuhnya terhuyung, oleh embusan angin kencang
yang menghantam ranting-ranting di otaknya.
Sebagian tubuhnya pelan-pelan luruh tanpa rikuh
Matanya tertutup, tapi belum tumbang, juga belum mati
dari di antara kedua bulunya, ia mengigau:
di kepalaku ada hantu
di kepalaku ada hantu
di kepalaku ada hantu
ada suara gergaji mesin menebang kayuku!
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem