Batas Dua Kota
Mengejar bayangmu di batas kota
Mengingat setiap kebaikan dan keburukan
terhanyut pada sepi jalan tak bertujuan
antara nyata dan tiada, ternyata ku terperangkap bayangmu
Kau pun berkata: 'tak usah datang malam ini'
'Terus bagaimana? ' tanyaku.
O pintu tertutup buatku, bayangmu lenyap
dalam angkuh kota tua. Aku bagai anjing jalang
di jalan kotamu. Peluh tak ada guna, aku seperti pecundang
mati perlahan dalam diammu. tak ada ruang tersisa
'Akankah kuharus ikutimu'
Pilu kembali telusuri malam, angan masih berkabut
hingga ku berumah pada kering rerumputan
diantara gunduklan tanah basah. Hembus angin buatku
lupakan engkau yang masih berdiam menanti pagi
Surabaya,2712'08
Surabayaku
Surabayaku seperti yang dulu
ada kata 'jancuk' diantara kelelahan para pekerja
dan warung kopi mengumbar aroma istirah bagi sang pengembara
O kanjeng sunan ampel pun mencicipinya bersama para pencari
Surabayaku yang pernah teriak 'Allahu Akbar'
lalu sang hiu dari seberang bersimbah darah
bertemu buaya yang menyosong di kali-kali kotor
O banyak perempuan umbarkan semangat di pinggir jalan
buat pejuang yang layu di setiap persimpangan
Surabaya, ku rindukan umpatanmu di megah plaza
dan perempuan yang mojok dari terang jalan
hingga kutemukan kenangan yang masih kental
di warung pinggiran. O kuingin tertawa melihat kotaku
tak berkutang lagi dan tangan waktu telah membuka matanya
Surabaya,271208
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem