Messalina Poem by Titon Rahmawan

Messalina

Sejarah tidak mencatat namaku hanya untuk kemudian menghapusnya. Hanya karena namaku Messalina. Ada yang tak orang mengerti tentang diriku kecuali kedegilan hati mereka sendiri. Bukankah setiap orang menggunakan pikiran dan nafsunya demi memburu kesenangan? Tapi apalah arti sebuah kesenangan kalau bukan kesenangan itu sendiri?

Kebanyakan orang tak berani mengatakannya. Diam-diam mereka memuja kecantikan dan keelokan bidadari seperti terang cahaya matahari. Orang terpesona oleh kenikmatan purba dan berpura-pura tak mengenalinya. Tak sudi menyapa atau membisikkan namanya, walau cuma di dalam hati.

Namun bukankah, pesona kecantikan selalu jadi anggur yang memabukkan di setiap zaman? Selalu ada Messalina dalam setiap perputaran sejarah. Ada nafsu tak terkendali dalam diri semua orang. Makhluk-makhluk buas yang tak mengenal rasa malu. Sengaja menyelubungi ketelanjangan dengan jubah mewah dari beludru dan hiasan bulu-bulu berwarna-warni. Mereka kenakan tiara berhias batu permata. Wajah bersepuh emas yang menyiratkan kesombongan.

Itulah yang orang lihat pada diriku, tapi tak mereka lihat pada diri mereka sendiri. Bukan karena keelokan wajah, kemolekan tubuh, atau kulit yang halus lembut seputih susu serupa batu pualam. Dan bibir merah merona serupa rekah buah delima. Apa yang orang dengar tapi tak pernah mereka ketahui? Tuduhan yang berlebihan dan fitnah yang keji. Istri ketiga Claudius sang penerus Caligula adalah seorang nymphomania.

Apakah aku sudah melampaui Scylla, pelacur yang menjual kehormatannya demi beberapa keping Sprintia? Apakah aku cukup bodoh untuk menggadaikan tilam sutra di istana Palatium demi tikar lusuh di Lupanarium? Saat kautemukan kebenaran dari apa yang tidak kaulihat dan hanya kaudengar dengan raungan kemarahan dan ekspresi wajah yang menyiratkan rasa benci. Tak ada yang lebih menggugah jiwaku selain puisi. Sepotong grafiti, yang bertuliskan seperti ini, 'Di sini aku telah menyetubuhi banyak laki-laki...'

Tidakkah kau tahu, ada lebih dari 40 rumah bordil di Pompeii dan Lupanare Grande di kota Roma di mana Messalina bisa tidur bersama 150 orang pria kekasihnya. Sebagai permaisuri Roma, apa yang aku dapatkan selain reputasi mengejar kepuasan badani? Naluri seekor ular yang lapar, mematuk mangsa dan menelannya bulat-bulat. Tapi bukan itu alasanku mengakhiri hidupku sebagai seorang petualang cinta sejati. Karena hanya dengan cara itulah namaku akan terus dikenang.

Akulah Messalina, wanita jalang yang mereka sebut damnatio memoriae. Namakulah yang mereka catat dalam sejarah untuk kemudian mereka hapuskan, hanya karena aku terlalu memuja kecantikan dan keelokan dari tubuhku sendiri. Ingatan yang sengaja hendak mereka hancurkan, namun justru membuat namaku tetap abadi.

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success